Marani Kakombohi

Novel : Almond

Kalian tahu soal Alexithymia? Ini kondisi mental yang berkaitan dengan kesulitan mengekspresikan emosi, atau penderitanya sulit untuk membedakan antara emosi dan bagimana harus meresponnya. Bisa jadi keadaan ini berkaitan dengan kondisi amigdala seseorang. Amigdala adalah bagian dalam anatomi otak yang berhubungan dengan proses emosi, serta ingatan yang berhubungan dengan rasa takut dan bahagia. Ukurannya nggak besar, hanya seperti almond.

Yoonjae tokoh utama dalam Novel Almond ini didiagnosis mengidap alexithymia. Huh gak bisa bayangin sih,, gimana rasanya gak bisa merasakan emosi. Meskipun sedih, takut adalah perasaan yang gak enak, tapi tetap aja lebih baik untuk bisa merasakannya, karena menurutku kalau kita gak pernah tahu apa yang namanya sedih kita juga gak tahu apa yang namanya bahagia. Contoh nih, misalkan makan kinderjoy bisa buat bahagia, kalau kita makan kinderjoy setiap hari… lama-lama ya biasa aja, kita gak kenal apa itu bahagia kalau keadaan kita flat dan gak ada naik turunnya. Gak jauh beda ama suhu . . . panas dan dingin itu eksistensinya tidak nyata. Yang ada hanyalah perbedaan suhu, kita tahu es batu dingin ya karna suhu tubuh kita di atas suhu es itu. . Beda lagi kalau suhu tubuh kita lebih rendah dari es, pasti kita pegang es gak ada sensasi-sensasi dingin sama sekali. Tapi meninggal sih kalau suhu kita di bawah 0 derajat celcius wkwkwk.

Novel ini bagus banget, aku benar-benar masuk dalam ceritanya :” . Aku merasa ikut melihat perkembangan si monster tampan yang gak bisa ngerasain emosi ini. Ahh, iya Nenek Yoonjae memanggilnya monster tampan, karena dia berbeda dari manusia lain, dia mendapat panggilan ini dari neneknya, tapi neneknya ga merasa kalau panggilan monster itu buruk.
Si monster kecil ini tumbuh dengan berusaha untuk terlihat normal seperti yang diajarkan ibunya. Ada peristiwa-peristiwa besar yang sedikit demi sedikit membuat perubahan pada monster ini. Ehmmm… peristiwa di malam natal benar-benar mengubah kehidupannya, neneknya dibunuh di depan matanya, ibunya juga diserang dan koma, tapi waktu melihat itu semua dia tidak tahu emosi seperti apa yang dia rasakan, dia juga tidak tahu harus merespon seperti apa. How poor 🙁 . Setelah kejadian itu, dia hanya memiliki pertanyaan-pertanyaan di otaknya: Mengapa pria itu berbuat kejam?; Mengapa dia tidak menghancurkan tv atau kaca saja, melainkan membunuh manusia?; Mengapa tidak ada yang membantu? karena kejadiannya di keramaian. Melihat ini, aku beranggapan kalau itu adalah bentuk penyesalan dan kesedihannya, dia menyayangkan apa yang dilakukan si pembunuh, tanpa tahu gimana rasanya emosi sedih dan mengekspresikannya. Dia hanya bingung itu perasaan apa . .

Selama ibunya koma, banyak kejadian baru baginya, seiring bertambahnya orang dalam kehidupannya, bisa dibilang dia mulai keluar dari cangkangnya, dia terbiasa hanya hidup dengan nenek dan ibunya, berinteraksi dengan mereka saja, dan kini hidupnya mulai berubah, hingga bertemu monster lain bernama Gon, wahh kejadian-kejadian selanjutnya benar-benar bikin kita ikut merasakan apa yang sedikit mulai sedikit bisa dirasakan Yoonjae. Penulis tidak bercerita bagaimana akhir ceritanya, sedih atau senang, dia sengaja melakukannya… mungkin pembaca disuruh menentukan sendiri apakah ini memiliki akhir bahagia atau sedih.

Ahh, selain bisa merasakan perkembangan Yoonjae, aku juga bisa melihat kasih seorang ibu. Ini definisi ibu yang sesungguhnya.. Mungkin dunia melihat anaknya sebagai monster, tapi dia gak give up, dia percaya anaknya bisa sembuh. Banyak nilai-nilai kehidupan lain, yang tersirat dalam novel ini, seperti lingkungan benar-benar membentuk kita, setiap kejadian meninggalkan emosinya sendiri… dan “Harapan” selalu ada.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *