
One of the most mind-opening books I’ve ever read is The Righteous Mind by Jonathan Haidt. This book doesn’t just teach psychology, it teaches u how to see humans differently. Instead of thinking “aku bener, kamu salah,” Haidt ngajarin kita kalau perbedaan perspektif itu rooted di cara kerja moral mind kita.
Bagian I: Intuisi Duluan, Penalaran Strategis Belakangan
Haidt banyak terinspirasi sama David Hume (filsuf Skotlandia abad ke-18). Hume famous banget dengan quote bahwa “reason is the slave of the passions”. Artinya? Pikiran logis kita itu sebenernya bukan pengendali utama, tapi cuma jadi pembenaran setelah emosi/intuisi bikin keputusan. Haidt pake metafora “gajah dan penunggangnya”.
Elephant = intuisi (gede, powerful, susah dikontrol); Rider = reason (kecil, keliatan ngarahin, tapi mostly cuma ngikutin elephant).
Makanya debat panjang biasanya useless. Kita kira lagi adu argumen logis, padahal yang clash itu sebenarnya elephant vs elephant.
Bagian II: Moralitas Lebih Daripada Sekadar Bahaya dan Ketidakcurangan
Nah, bagian ini yang paling keren: Haidt bareng timnya (termasuk Jesse Graham, Craig Joseph, dsb.) ngembangin “Moral Foundations Theory“. Tapi akar ide awalnya juga dari antropolog Richard Shweder, yang nunjukin kalau moral di berbagai budaya nggak bisa direduksi cuma ke “harm” dan “fairness.” Haidt dkk kemudian merumuskan ada “enam fondasi moral“: (1) Landasan Mengayomi/Membahayakan; (2) Landasan Ketidakcurangan/Kecurangan; (3) Landasan Kesetiaan/Pengkhianatan; (4) Landasan Kewenangan/Pembangkangan; (5) Landasan Kesakralan/Kebejatan; dan (6) Landan Kemerdekaan/Penindasan.

Contoh: ehmmm kaum Liberal (Liberal Amerika yaaa) lebih dominan di Landasan moral pertama dan kedua, sementara kaum konservatif amerika make use of all six. Btw ini konteksnya liberalnya amerika dan konservatifnya amerika yaaa…Liberal (kiri, Demokrat) → progresif, pro-perubahan sosial, fokus pada hak individu, kesetaraan, dan perlindungan kelompok rentan. Isunya: hak LGBT, anti-rasisme, jaminan kesehatan, lingkungan. Secara moral, mereka dominan di Mengayomi dan Ketidakcurangan… Meanwhile Konservatif (kanan, Republik) → pro-tradisi, religius, nasionalis, percaya pada otoritas dan tanggung jawab individu, lebih hati-hati dengan intervensi negara. Isunya: nilai keluarga, agama, pasar bebas, hak kepemilikan senjata. Secara moral, mereka menggunakan semua enam landasan lebih merata.
This explains why conservatives sometimes punya advantage politik…..they can “speak” ke lebih banyak moral taste buds. Dan honestly, ini bikin aku lebih open. Orang yang awalnya keliatan “ngeyel” ternyata “bukan berarti salah”, mereka cuma punya konfigurasi moral taste yang beda.
Bagian III: Moralitas Mengikat dan Membutakan
Haidt juga bilang, kita itu nggak pure individualis. Ada yang namanya “hive switch“: mode di mana kita merasa nyatu sama grup, entah lewat konser, demo, ibadah, atau momen-momen kolektif lainnya. Contoh: Agama survive bukan cuma karena “doktrin,” tapi karena bisa activate hive switch dan bikin kita kompak.
Akhirnya, kalau mau society lebih sehat, kita harus belajar crossing moral matrix. Bukan cancel, bukan nge-hate, tapi coba genuinely ngerti moral foundations orang lain.
Why you should read this at least once in your life
1.Karena buku ini bikin kamu lebih chill menghadapi orang beda perspektif.
2.Karena dia ngajarin kamu cara ngerti konflik tanpa gampang nge-judge.
3.Karena dia bikin kita sadar, jadi wise itu bukan soal menang debat, tapi soal ngerti manusia.
Setelah baca, aku jadi ngeliat orang “ngeyel” nggak lagi nyebelin. Instead, aku mikir: “Oh, dia lagi riding elephant yang taste buds-nya beda dari aku.” Dan tbh, itu bikin hidup jauh lebih peaceful. Andai aku baca sebelum penetapan paslon presiden-wakil presiden kemarin.. meskipun gak bisa relate dengan pov orang setidaknya tidak menghakimi dan menganggap yang lain salah. hmmmm okay that’s all.