
Aku udah pernah bikin review masing-masing buku ini, tapi kalau ditarik benang merahnya, keliatan jelas gimana society ngelabel orang-orang yang dianggap “not normal enough”.
(btw ini link kalo mo baca masing2 reviewku untuk 3 buku ini: 1. Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982: https://maranikakombohi.xyz/kim-ji-yeong-lahir-tahun-1982/ ; 2. Novel – Convenience Store Woman: https://maranikakombohi.xyz/novel-convenience-store-woman/; 3. Almond: https://maranikakombohi.xyz/novel-almond/)
Di Almond, ada Yunjae yang lahir dengan kondisi alexithymia, alias nggak bisa ngerasain dan nge-ekspresiin emosi kayak kebanyakan orang. Buat orang lain, they look cold n robotic, padahal sebenarnya Yunjae cuma punya another way to connect sama dunia. Lalu di Convenience Store Woman, ada Keiko yang umur 36 tahun masih kerja part-time di konbini. For them, itu comfort zone banget….hidup yang stabil dan predictable. Tapi society Jepang nge-judge Keiko sebagai “weird”, gagal, dan nggak sesuai timeline hidup yang “normal”. Sementara Kim Jiyoung, Born 1982 nunjukin hal lain: Jiyoung udah nurut semua rules sebagai perempuan Korea, tapi pas akhirnya nunjukin “keanehan” karena pressure patriarki, dia langsung dicap sakit jiwa.
Pertanyaannya sekarang: who’s really not normal here? Yunjae? Keiko? Jiyoung? Atau justru society itu sendiri yang terlalu rigid bikin standar? Tiga novel ini basically nunjukin bahwa “normal” itu cuma fragile social construct, standar rapuh yang gampang banget dipake buat nge-judge dan nge-limit orang lain.
That’s why menurut aku kalian harus banget baca tiga buku ini. Almond ngajarin empathy, Convenience Store Woman validasiin kalian yang mungkin ngerasa hidupnya nggak sesuai “life script”, dan Kim Jiyoung, Born 1982 kasih big reminder betapa dangerous-nya kalau kata “normal” dipake buat justify unfairness.
Tiga cerita ini cocok banget buat kalian yang:
🌻 pernah ngerasa hidup kalian nggak sesuai ekspektasi society,
🌻 pengen ngerti kalau “normal” itu cuma fragile social construct,
🌻 atau lagi cari bacaan yang bikin kalian lebih empati sama jalan hidup orang lain.
Aku kepikiran nulis gabungan POV ini setelah baca tentang autisme. Mereka sering dianggap gak normal, padahal secara ilmiah itu bagian dari neurodivergence—cara kerja otak yang berbeda. Simon Baron-Cohen (2003) bahkan menjelaskan autisme sebagai bentuk extreme systemizing, yaitu kecenderungan otak untuk berpikir dengan pola, aturan, dan detail secara ekstrem. Dari situ aku mikir, yang penting bukan melabeli “aneh”, tapi bagaimana kita bisa memahami perbedaan kognitif tanpa menstigmatisasi mereka. 🌻
At the end of the day, maybe kita harus stop nanya, “Are they normal?”, dan mulai nanya, “Are they happy living their own way?” 🌻