mendengarkan beberapa manusia paruh baya di tempat kerja mengusik telinga dan proses kimiawi di otakku. tema yang sedang mereka gunjingkan adalah keadaan negara, sudut pandangku berkata itu normal. sebagai manusia dan warga Indonesia yang setidaknya tidak “apatis” mereka mengeluhkan hal-hal yang tampak buruk. membandingkannya dengan negara a b c, menyalahkan mantan presiden ke 7 kita, dan hal lain yang di luar kontrol mereka. aku tidak mengatakan kita semua harus menjadi filsuf dan menghayati stoa sepanjang hidup. tidak semua sikap dan pola pikir manusia terbentuk dari proses penalaran yang sistematis, ada yang sekadar mengolah “data” dari apa yang dia lihat di sosial media tanpa mengonfirmasi apakah itu berasal dari sumber yang valid. kita hanyalah seonggok manusia yang masing-masing memilih mana yang kita percaya berdasarkan naluri masing-masing. insting selalu pertama. naif jika kita berpikir kita sudah melakukan penalaran kritis tanpa melibatkan “emosi”. bagaimanapun insting melakukannya dahulu, penalaran hanya lah cara kita mencari bukti bahwa insting kita benar. bukan berarti sudut pandang tidak bisa berubah atau stagnan. bisa kok… tetapi melibatkan rangkaian peristiwa kompleks dan tidak sederhana. satu hal yang membuatku marah pagi ini adalah kalimat “mending dijajah ae karo londo, sek penak dijajah londo“. aku yang dari tadi tidak ingin terlibat dalam kegiatan ini otomatis mengeluarkan nada melalui organ tubuh yang mereka sebut mulut. “tolol” 1 kata untuk bapak-bapak paruh baya yang usianya hampir 2x usiaku, seseorang yang sudah memiliki 3 anak, ingin negaranya dijajah? sangat tolol. sebenarnya setelah sedikit perenungan, aku sedikit bisa mengerti mengapa dia ingin negaranya sendiri dijajah haha. dia berkata “kene lo asline dibayar, pribumine dewe seng elek an” haha lucu. aku melihat suatu kiriman di sosial media yang sering menyebutkan bahwa sebenarnya ketika generasi terdahulu kita melakukan rodi/romusha, mereka dibayar, tetapi upah mereka dikorupsi oleh pribumi sendiri. bukan berarti kiriman itu hoax atau mengatakan hal yang tidak benar, aku sendiri tidak berada disana dan tidak secara langsung melihat kecurangannya. tapi… hanya karna 1 kiriman itu, bodoh jika kita ingin dijajah lagi. beliau berpikir jika dijajah Belanda maka kita menjadi warga negara Belanda, dia mengesampingkan bagaimana pribumi yang adalah leluhurnya dulu mendapat diskriminasi dan dipanggil “monyet” , diinjak, dan perilaku tidak manusiawi lainnya. memilih untuk dijajah bukan hanya definisi dari ketololan tapi ketidakpunyaan atas harga diri. aku tidak melanjutkan perdebatan yang hanya akan membuat energiku defisit. dasar marani kakombohi, kamu tidak sopan kepada manusia yang usianya sudah kepala empat. .. ya dia (marani kakombohi) harus belajar sopan santun.