Marani Kakombohi

Review Buku : Seni Menguasai Lawan Bicara

“Komunikasi berfungsi bagi mereka yang megusahakannya” – John Powell adalah salah satu kutipan yang dicantumkan dalam buku “Seni Menguasai Lawan Bicara”. Komunikasi itu penting, and no arguing about that. Kita makhluk sosial dan berinteraksi dengan manusia lain sudah menjadi hakikat kita.

Agar setiap interaksi kita berhasil, baik dalam daily conversation, kebutuhan dalam pekerjaan, dan berbagai aspek kehidupan lain dengan orang lain, kita perlu memiliki skill komunikasi yang baik. Kaya berat gitu ya ngomongnya “skill” hehe. Skill komunikasi yang baik itu bukan dinilai dari penggunaan istilah-istilah rumit, atau orang sebutnya bahasanya berat lah, ketinggian lah, tapi dari cara kita menempatkan diri dengan siapa kita sedang berbicara. Ngapain kalian ngomong dengan bahasa full akademis sama orang yang sorry to say tingkat pendidikannya beda. Yang ada, transfer informasi kalian ke mereka gak berhasil, dan apa bedanya kalian dengan omong kosong, toh juga tidak ada artinya buat yang dengar. Pengetahuan soal siapa lawan bicara kita itu matter ya.

Nah, buku ini disusun dengan ringan untuk kalian yang membutuhkan tips-tips berkomunikasi dengan manusia lain. Isinya praktikal sekali dan sangat mudah dipahami. Ada 19 chapter yang isinya cukup bagus untuk belajar manner soal komunikasi dengan orang lain. Yup.. menurutku isinya lebih ke manners dalam komunikasi. Ada beberapa trik juga dalam menghadapi jenis lawan bicara, seperti gimana kita berbicara dengan klien, konsumen, tipe penolak, bahkan dengan tipe orang pembohong. Ah.. ada 1 trik yang aku suka, kalau ada orang yang suka cerita bohong coba minta dia ceritakan ulang dengan alur mundur, wusss pasti kebingungan orangnya hehe.

Ini gak cuma soal ngomong, ngomong, dan ngomong, tapi Penulis berkali-kali menekankan bahwa menjadi pendengar yang baik juga hal kunci dalam berhasil berkomunikasi dengan orang lain. Aku setuju soal itu. Tapi ! ada beberapa hal yang aku kurang srek sama bukunya. Typo nya banyak sama ada yang harusnya belum jadi paragraf baru udah dipisah aja, manusiawi lah ya (Dear publisher u need someone like me to be a checker ehehehe canda).

Tapi, it’s not a big deal for me, yang menurutku cukup mengganggu adalah di awal baca bagian 1 soal pentingnya bicara, Penulis membahas sedikit soal 2 jenis komunikasi yaitu komunikasi vebal dan non verbal. Penulis juga menyarankan pembaca untuk tahu apa perbedaannya. Tapi setelah itu Penulis hanya membahas apa itu komunikasi verbal dan contohnya, tapi tidak membahas komunikasi non verbal, apalagi perbedaan keduanya… huh kzl. Tapi bukan berarti di bukunya tidak ada soal komunikasi non verbal, ada kok, tapi jauh di belakang dan gak nyambung dengan paragraf tadi. Ada hal lain lagi, buku ini pertama kali di publish tahun 2020, dan aku beli cetakan kelimanya yang terbit tahun 2022, 2020 Indonesia aja udah sensus penduduk, dan Generasi Z berdasarkan sensus kependudukan Indonesia adalah mereka yang lahir tahun 1997 – 2012, nah ke tahun 2020 aja udah banyak yang lahir, 2013-2019 udah termasuk generasi alpha, dan ini adalah generasi termuda saat ini. Tapi di Bagian 2 Chapter 1 Penulis bilang kalau Generasi Z adalah generasi termuda, menurutku ini kurang risetnya. Terakhir yang paling tidak srek di aku adalah, Bagian atau Chapter 12 dengan headline: Cara Mengalahkan si Pembohong. Aku sudah baca selesai bukunya dan di chapter itu lebih ke cara mengenal pembohong, dan gak ada tips praktis untuk menghadapi pembohong pada bagian itu. Di Bagian 14 juga, yaitu kita diajak praktik. Ada tips “gerak tubuh yang luas”, ini kenapa harus ada disana sih hehe. Terus ditulis juga “Orang yang berpostur tinggi cenderung lebih menyenangkan daripada orang yang bertubuh pendek”. Opini ini tidak penting bagiku, karena definisi menyenangkan seperti apa yang dilihat dari orang yang tinggi? ….huh dan apa hubungannya dengan komunikasi.

Ini Honest Reviewku, sudut pandangku, semua orang punya perspektif masing-masing. Tapi setidaknya seperti yang dari awal ku sebut duluan bukunya ringan kok, bagus untuk belajar manners dalam komunikasi. That’s all, thank you for reading.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *